Home » » Pemuda Muhammad Dan Bi’tsah (Pengangkatan)

Pemuda Muhammad Dan Bi’tsah (Pengangkatan)

ab : PERIODE MAKKAH
Sub : Dari Bi’tsah Hingga Hijrah


 
Rasulullah Saw berumur 35 tahun saat dilakukan perbaikan bangunan Ka’bah oleh kaum Quraisy. Mereka bermaksud memberi atap pada Ka’bah. Ketika pembangunan sampai pada rukun (sudut Ka’bah) mereka berselisih tentang Hajar Aswad. Tiap suku ingin memperoleh kehormatan meletakkannya.

Nyaris terjadi perang hingga mereka sepakat orang pertama yang masuk Masjidil Haram akan memutuskan permasalahan. Muhammad yang masuk, mereka pun rela. Muhammad meletakkan Hajar Aswad di atas kain dan berkata “tiap suku memegang sudut kain, angkat bersama-sama”. Setelah sampai beliau yang memasangnya. Begitulah Muhammad berhasil mncegah terjadinya perang dengan penuh kebijaksanaan. Beliau menajadi rahmat di kalangan umatnya yang tidak bisa baca tulis.

Muhammad mendapati dalam dirinya kegelisahan yang misterius. Tidak tahu dari mana dan sampai kapan. Tidak terpikir sedikitpun wahyu akan sgera datang. Muhammad saw genap berusia 40 tahun. Kegelisahan tersebut mendorongnya untuk senang menyendiri. Meninggalkan rumah, merambah celah-celah bukit batu Mekah.
Rasulullah saw bersabda:
“Aku benar-benar mengenal batu di Mekah. Ia senantiasa mengucapkan salam padaku sebelum aku diangkat menjadi Nabi”.
Muhammad menyepi di gua Hira’ beberapa mlm berturut-turut dengan membawa bekal. Beliau beribadah dan berdoa menurut millah agama Ibrahim yang lurus dan fitrah.

Muhammad dan Bi’tsah .. bagaikan berita gembira di suatu pagi dan terbitnya kebahagiaan. Itulah Bi’tsah (pengangkatan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul). Dalam satu kesempatan, datanglah pada beliau hari yang telah ditetapkan. Saat itu tgl 17 Ramadhan tahun ke 41 sejak kelahiran atau 6 Agustus 610M.

Ketika itu beliau dalam keadaan terjaga dan sadar sepenuhnya. Malaikat mendatanginya seraya berkata “Bacalah”, beliau menjawab “Aku tidak bisa membaca”. Rasulullah bercerita “Ia menarik dan mendekapku hingga aku kepayahan. Ia lepaskan dan kembali berkata, “Bacalah!”, “Aku tidak bisa membaca” jawabku. Begitulah hingga tiga kali. Kemudian malaikat melepaskannya dan mengatakan “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan ..” (Al-Alaq 1-5)

Itulah hari pertama kenabian & wahyu pertama Al-Quran, dengan penyebutan qalam(pena) pada seorang ummi yang tinggal di negeri yang sulit ditemukan pena. Rasulullah saw merasa ketakutan. Masa fatrah (masa vakum kenabian) memang berlangsung lama. Beliau kawatir dan pulang ke rumah dengan gemetar.

Ketika sampai di rumah, Muhammad saw berkata pada istrinya, “selimuti aku, selimuti aku, aku sangat takut”. Kadhijah menanyakan apa sebabnya. Rasulullah saw menceritakan kisahnya. Kadhijah pun memahami karena beliau wanita yang cerdas. Ia sering mendengar tentang kenabian dan malaikat.
Maka Kadhijah pun berkata dengan penuh kekuatan, keimanan dan dukungan :
“Tidak akan terjadi apa-apa! Demi Allah, Dia tidak akan mempermalukan engkau. Engkau menyambung hub. kasih sayang, meringankan beban orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu dan selalu menolong”***

Klik: http://boemi-islam.net >>

0 komentar:

Posting Komentar