Rasulullah Saw berumur 35 tahun saat dilakukan perbaikan bangunan
Ka’bah oleh kaum Quraisy. Mereka bermaksud memberi atap pada Ka’bah.
Ketika pembangunan sampai pada rukun (sudut Ka’bah) mereka berselisih
tentang Hajar Aswad. Tiap suku ingin memperoleh kehormatan
meletakkannya.
Nyaris
terjadi perang hingga mereka sepakat orang pertama yang masuk Masjidil
Haram akan memutuskan permasalahan. Muhammad yang masuk, mereka pun
rela. Muhammad meletakkan Hajar Aswad di atas kain dan berkata “tiap
suku memegang sudut kain, angkat bersama-sama”. Setelah sampai beliau
yang memasangnya. Begitulah Muhammad berhasil mncegah terjadinya perang
dengan penuh kebijaksanaan. Beliau menajadi rahmat di kalangan umatnya
yang tidak bisa baca tulis.
Muhammad mendapati dalam dirinya kegelisahan yang misterius. Tidak
tahu dari mana dan sampai kapan. Tidak terpikir sedikitpun wahyu akan
sgera datang. Muhammad saw genap berusia 40 tahun. Kegelisahan tersebut
mendorongnya untuk senang menyendiri. Meninggalkan rumah, merambah
celah-celah bukit batu Mekah.
Rasulullah saw bersabda:
“Aku benar-benar mengenal batu di Mekah. Ia senantiasa mengucapkan salam padaku sebelum aku diangkat menjadi Nabi”.
Muhammad menyepi di gua Hira’ beberapa mlm berturut-turut dengan
membawa bekal. Beliau beribadah dan berdoa menurut millah agama Ibrahim
yang lurus dan fitrah.
Muhammad dan Bi’tsah .. bagaikan berita gembira di suatu pagi dan
terbitnya kebahagiaan. Itulah Bi’tsah (pengangkatan Muhammad saw sebagai
Nabi dan Rasul). Dalam satu kesempatan, datanglah pada beliau hari yang
telah ditetapkan. Saat itu tgl 17 Ramadhan tahun ke 41 sejak kelahiran
atau 6 Agustus 610M.
Ketika itu beliau dalam keadaan terjaga dan sadar sepenuhnya.
Malaikat mendatanginya seraya berkata “Bacalah”, beliau menjawab “Aku
tidak bisa membaca”. Rasulullah bercerita “Ia menarik dan mendekapku
hingga aku kepayahan. Ia lepaskan dan kembali berkata, “Bacalah!”, “Aku
tidak bisa membaca” jawabku. Begitulah hingga tiga kali. Kemudian
malaikat melepaskannya dan mengatakan “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan ..” (Al-Alaq 1-5)
Itulah hari pertama kenabian & wahyu pertama Al-Quran, dengan
penyebutan qalam(pena) pada seorang ummi yang tinggal di negeri yang
sulit ditemukan pena. Rasulullah saw merasa ketakutan. Masa fatrah (masa
vakum kenabian) memang berlangsung lama. Beliau kawatir dan pulang ke
rumah dengan gemetar.
Ketika sampai di rumah, Muhammad saw berkata pada istrinya, “selimuti
aku, selimuti aku, aku sangat takut”. Kadhijah menanyakan apa sebabnya.
Rasulullah saw menceritakan kisahnya. Kadhijah pun memahami karena
beliau wanita yang cerdas. Ia sering mendengar tentang kenabian dan
malaikat.
Maka Kadhijah pun berkata dengan penuh kekuatan, keimanan dan dukungan :
“Tidak akan terjadi apa-apa! Demi Allah, Dia tidak akan mempermalukan engkau. Engkau menyambung hub. kasih sayang, meringankan beban orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu dan selalu menolong”***
Klik: http://boemi-islam.net >>
0 komentar:
Posting Komentar